Selasa, 29 September 2009

Seni Adalah Kebebasan

Seni adalah nilai yang identik dengan keindahan. Seni mengusung sebuah ketidakterbatasan dalam berkreasi dan berwujud karena memang pada awalnya seni dibentuk oleh proses yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri. Dengan demikian tiap individu punya kebebasan berkehendak untuk mewujudkan ekspresinya seiring dengan proses dirinya memaknai sesuatu. Seni juga tak pernah anti dengan perubahan. Justru karena perubahan itulah seni bisa berkembang luas tanpa kehilangan identitas tapi sangat mungkin memunculkan identitas baru.

Bagaimana dengan fotografi? Sebagai salah satu media transformasi seni, fotografi beserta seluk beluk dan perangkat di dalamnya ini juga tak kalis dari perubahan. Bahkan fotografi terkesan sangat membuka diri terhadap hal-hal baru. Contoh sahihnya adalah dengan semakin beragamnya aliran fotografi yang ada beserta peralatan pendukungnya. Saat ini lingkaran dunia fotografi tidak akan jauh dari Fotografi Digital dan Digital Imaging. Keduanya merupakan bentuk akulturasi antara seni dan teknologi yang sanggup memunculkan entitas baru dari seni fotografi.

Fotografi digital sanggup melahirkan kemudahan dan memangkas beberapa proses kreatif untuk membuat hasil akhir yang tak terduga-duga. Adalah sangat naïf jika kita masih melihat perkembangan dari kemudahan tersebut secara sempit. Bahwa fotografi digital sanggup menuangkan gagasan dan ekspresi dengan jalan yang lebih cepat dan “terkesan mudah” itu adalah hasil perkembangan teknologi dan budaya yang tak bisa disanggah. Kita juga tidak boleh lupa bahwa kemudahan di satu sisi pasti membawa “kesulitan” (tantangan). Karena sudah menjadi hukum alam masing-masing era akan membawa tantangan sendiri-sendiri.

Bagi saya fotografi entah apapun medianya, tetaplah fotografi. Kita jangan terkotak oleh pikiran dan pola-pola yang membelenggu bahwa fotografi harus ini dan itu. Fotografi di mata saya adalah media menuangkan inspirasi yang dapat menggerakkan kita untuk membuat sesuatu yang luar biasa. Ibarat passion fotografi adalah sebuah fantasi hasrat yang dapat bergerak dalam batas rasional dan irasional manusia. Bahkan dalam jangkauan tertentu fotografi bisa menjadi sebuah media olah rasa, baik untuk berkarya maupun berkaca. Oleh karena itu saya selalu ingin membuat sesuatu dari apa yang saya rasa dan imajinasikan dengan fotografi, tanpa mau dibatasi oleh media (alat).

Seperti karya kembang setaman yang bisa Anda nikmati di majalah ini. Bukan maksud saya untuk menyanjung diri sendiri dengan karya tersebut tapi sekadar ingin menunjukkan bahwa siapapun bisa membuat karya yang bagus tanpa harus tergantung dengan sesuatu. Artinya proses kreatif itu ada dalam diri kita bukan pada media yang membantu kita. Dewasa ini, seni fotografi telah berkembang sedemikian jauh. Jadi proses kreatif itu kian mendapat fasilitas dan tempat. Tanpa harus terpaku bagaimana penilaian orang. Karena seni adalah hasil kreasi yang sangat sulit untuk dijelaskan dan dinilai, sebab tak ada parameter baku bagi tiap-tiap individu untuk menilai sebuah seni.

Dalam berkarya saya ingin menempatkan diri laiknya burung, karena burung dapat membuat suara indah tanpa harus memperlihatkan keindahannya seperti merak. Adapun untuk proses pembuatannya saya akan membebaskan diri saya sebebas-bebasnya. Saya dapat menggunakan “cara apapun”, alat apapun dan terus mencoba hal-hal baru sampai mencapai hasil yang saya inginkan. Lewat karya yang saya buat, saya ingin orang lain bisa melihat sisi berbeda dari keindahan hidup ini. Karena sesungguhnya produk dari seni dan seni fotografi pada khususnya bukan sekadar terletak pada keindahannya, tetapi bagaimana karya tersebut bisa menggugah penikmatnya.

Tidak ada komentar: