Selasa, 29 September 2009

Simple Lighting


Membuat foto yang baik tidak terlepas dari metode pencahayaan. Dengan tata letak cahaya yang baik meski dengan satu sumber cahaya, foto bisa memberikan sebuah nuansa dan rasa yang baik serta bermakna. Oleh sebab itu menurut pandangan saya, seorang fotografer bila tidak mendalami dan menguasai teknik cahaya secara tepat dan peka, tentunya akan selalu berpikir bahwa, banyak menggunakan lampu lebih bagus dari pada satu lampu.


Buat saya, itu pemikiram keliru. Untuk menggunakan banyak lampu atau tunggal, tentunya harus memiliki alasan yang tepat. Bukan dikarenakan untuk mempertajam foto.Tapi alasannya lebih kepada makna foto yang ingin dihasilkan. Kali ini, saya ingin mengulas simple lighting. Simple lighting adalah; bagaimana kita menempatkan cahaya utama (main light) secara sederhana dengan kualitas hasil foto yang maksimal. Itulah prinsipnya.


Bicara main light buat saya sama halnya kita menggunakan cahaya matahari. Dimana seorang fotografer dituntut menghasilkan karya bagus dengan cara mengoptimalkan efek cahaya main light yang simple. Pemotretan dengan pencahayaan tunggal, selama kita bisa menganalisa dan mendalami jenis sumber cahaya atau karakter lampu, akan jauh lebih baik bila memotret dengan banyak lampu.


Akan tetapi bila ingin menggunakan lebih dari satu lampu saat pemotretan, tidak masalah. Asalkan lampu yang sifatnya pendukung tidak mengganggu main light. Sebab, efek cahaya yang keluar dari main light tentunya akan membentuk daerah bayangan (shadow) sehingga foto itu memiliki soul. Buat saya, bayangan itu tidak masalah. Dan fotografi itu adalah: cahaya dan bayangan (Light and Shadow).


Lantas bagaimana bila foto kita memiliki banyak bayangan? Dan bagaimana cara menyiasatinya? Berdasarkan pengalaman saya, pertamakali yang harus diperhatikan adalah, sebaiknya jangan pernah menaruh lampu di kiri-kanan (horisontal) model. Mengapa? Karena cahaya yang dikeluarkan dari kedua lampu itu bersifat cross light membuat kontur wajah model tidak terbentuk dengan baik.


Sebaiknya letakkan lampu di atas dan dibawah (vertikal) model sehingga kontur wajah model menjadi lebih bagus. Lampu atas menyinari bagian atas wajah. Lampu bawahnya, menyinari bagian bawah wajah, sehingga kontur wajah menjadi elips dan tidak lebar. Logikanya, kontur wajah dari atas ke bawah. Bukan dari samping kiri ke kanan atau sebaliknya.Wajah itu harus dibuat lonjong dan tidak boleh melebar.


Atau ada teknik lain bila kita ingin menggunakan 2 lampu dari satu arah. Yaitu, letakkan posisi kedua lampu secara berdampingan dengan sedikit memberikan celah (menginitip) untuk lensa agar kita bisa memotret di antara kedua lampu tersebut. Dengan teknik ini, cahaya yang dihasilkan kedua lampu itu bisa memblending (menyatu) pada wajah.


Tapi terkadang, ada fotografer ingin memberikan efek hair light. Menurut pandangan saya, bila efek tersebut tidak diperlukan, sebaiknya jangan dilakukan. Yang harus dilakukan adalah bagaimana kita bisa menempatkan cahaya yang sederhana dengan hasil maksimal. Karena seorang fotografer itu harus mampu mengoptimalkan cahaya yang simple dengan baik dan tepat untuk menghasilkan foto bagus. Caranya, berpikirlah simple dan tidak rumit.


Hal lain yang sering juga terjadi saat pemotretan model adalah komposisi. Biasanya kita terbelenggu oleh sebuah aturan komposisi yang sudah ada sejak zaman dulu yaitu: 1/3, 2/3, 3/8. Kita wajib mengetahui. Tapi tidak selalu mengikuti aturan tersebut. Biasakanlah memotret seenak mungkin sehingga kita bisa berkreatif dan menggunakan feeling yang pada akhirnya foto itu memiliki dimensi serta soul. Oleh karena itu, tidak ada batasan seberapa besar shadow yang dimiliki pada wajah model.


Oleh karena itu, biasakan memotret mengarah kepada penggunaan feeling diikuti dengan mempelajari anatomi cahaya pada wajah orang yang memiliki kekhususan. Karena itu, kita harus betul-betul bisa mendevelop cahaya itu menyatu ke wajah dan tubuh model dengan baik.


Untuk bisa menguasai anatomi cahaya pada wajah bukan dengan teori. Tapi dengan banyak berlatih dan itu tidak bisa diteorikan. Kita memotret model itu tidak harus full, ½ badan, 2/3 dan lainnya. Terkadang ada model bagusnya dipotret dari angle sebelah kiri. Atau sebaliknya. Maka dari itu, untuk mendapatkan hasil maksimal, hindari pengambilan gambar dari satu angle saja. Lakukan dari beragam angle.


Misalnya, bila Anda ingin memotret orang bertubuh gemuk, jangan pernah mengatakan tubuhnya bisa dikuruskan. Tapi kita bisa memberikan kesan kurus. Caranya, capture lah pada bagian wajahnya dengan menggunakan cahaya sempit. Buat saya, memotret orang gemuk juga menarik. Atau sebaliknya, memotret orang kurus juga bisa jelek, kalau fotonya tidak memiliki nyawa. Dimata saya, fotografi itu kasual dan tidak boleh kaku . Kalau kaku, akhirnya foto itu tidak memiliki nyawa.

Jadi feeling, kreativitas, anatomi cahaya pada tubuh dan model model harus benar-benar dikuasai oleh fotogfrer, meski hanya menggunakan satu lampu saat pemotretan. Tak ada salahnya, kita memaksimalkan lampu yang simple dengan hasil maksimal. Selamat mencoba.

1 komentar:

Edison mengatakan...

Pak, inspiratif sekali tulisannya...

Jadi tidak sabar ikut kelas intermediate february nanti...