Senin, 20 April 2009

Yuni Shara


Foto by: Darwis Triadi

Cangkir Kecil Yang Ingin Bercerita

Kehadirannya mampu memberi panorama berbeda pada ranah musik tanah air sekaligus pengisi deretan nama selebritas tanah air yang populis. Ketika dia bercerita dengan musiknya itu biasa. Tetapi bagaimana saat Yuni merepresentasikan dirinya lewat sebuah buku.


Musik menurut Aristoteles mempunyai kemampuan untuk mendamaikan hati yang gundah, terapi rekreatif bahkan bisa menumbuhkan jiwa patriotisme. Rangkaian dari tiap-tiap nadanya terkadang lebih bisa bercerita ketimbang kalimat terpanjang yang pernah disusun seseorang. Namun ada kalanya musik hanya bunyi kosong dan hampa belaka saat dihadirkan tanpa hadirnya sebuah jiwa. Memang dibutuhkan sosok dengan level tertentu agar bisa membawa musik dan lagu tersebut lebih punya rasa. Dan Yuni Shara bisa melakukannya.


Nama lengkapnya Wahyu Setyaning Budi, sosok imut yang bisa menempatkan kepopulerannya dengan interprestasi berwarna di benak masing-masing masyarakat. Orang-orang diberi ruang untuk mengenalnya dengan “wajah” beragam. Entah sebagi kakak dari seorang diva pop terkenal, pelantun tembang melankolis tempo dulu, pemilik suara lembut sampai sosok penyanyi bertubuh mungil. Tapi diantara semua “berkah” tersebut, dia tetap menonjol sebagai seorang penyanyi berkualitas yang hangat menyapa siapa saja.


Kehangatan itu pun terasa saat dirinya menceritakan ihwal buku dan album barunya guna menandai tetapak perjalanan usianya yang ke 35, Yuni. ”Judul albumnya Yuni Shara 35, dan untuk bukunya 35 Cangkir Kopi Yuni Shara,” paparnya diiringi tawa kecil. Akibatnya Yuni kini dihadapkan pada sebuah rutinitas baru yaitu sibuk berpromosi. “Bahkan dalam waktu dekat ini kita akan ke Malaysia,” tandasnya lagi. Selain dilepaskan bertepatan dengan hari jadinya, semua ornamen yang membalut buku dan album Yuni serba berbau sembilan sebagai angka istimewa baginya.


Mulai dari waktunya tanggal 3 bulan 6, ketika dijumlahkan menjadi 9. Lalu 2007, 2 ditambah 7 juga hasilnya 9. Berikutnya, album Yuni berisi 9 lagu. Buku yang diluncurkan setebal 144 halaman. Jika dijumlah, angka tersebut juga berjumlah 9. Di album barunya Yuni meminta campur tangan gitaris Tohpati untuk untuk mengaransemen musiknya sekaligus memberikan nuansa baru. Musisi lain yang juga terlibat adalah Melly Goeslaw. Suami Anto Hoed ini menyuguhkan sentuhan midasnya di lagu SEPI. Sebuah lagu yang bertutur tentang kesedihan saat menghinggapi Yuni.


Sedangkan untuk buku, Yuni dibantu oleh Tamara Geraldine yang berkolaborasi dengan Darwis Triadi. “Tamara menulis bukunya dan Darwis Triadi sebagai fotografernya,” papar Yuni. Buku tersebut bak sebuah catatan Yuni menyusuri lorong kehidupan yang terkadang tersenyum sinis atau manis terhadap dirinya.


Idiom cangkir yang dipilih Tamara dalam bercerita dan merefleksikan seorang Yuni menjadi sebuah metafor yang bertutur santun dan sesekali mengusung makna implisit. Abstraksi cangkir sendiri menurut Yuni adalah benda yang tidak perlu dipegang dengan keseluruhan tangan untuk dipergunakan tapi cukup usefull dalam mengusung tetes air kesejukan. “Kita cukup menggunakan dua jari kita saja untuk minum dari cangkir,” ujar perempuan kelahiran 3 Juni 1972.


Selain itu untuk membuat cangkir diperlukan tempaan dan pemanasan yang tinggi sebelum bersinar dan memiliki tampilan bagus.”Dan itu yang coba disampaikan oleh Tamara karena dalam perjalanan hidup saya ketika masih muda saya sudah mengalami begitu banyak hal yang tidak mengenakkan,” ujar ibu muda kelahiran Malang ini. Buku ini juga membuka beberapa tirai yang selama ini tidak pernah dibuka Yuni dan dibagi dengan orang lain.

Seperti rangkaian kalimat yang tertulis asli dari tangannya.


“Sebenarnya jenis perempuan macam apa aku ini?Tidak menjerit di kala sakit, tidak bergerak di kala memang waktunya harus pindah. Aku sebenarnya sudah sering menjerit tapi hanya di dalam hati, sampai aku sendiripun gak pernah denger suara hatiku sendiri.”


Tanggapan dari masyarakat sendiri sejauh ini cukup positif, tak berlebihan jika Yuni lantas menyimpan harapan,” Saya harap buku ini bisa mewabah dan memberi inspirasi perempuan-perempuan Indonesia.” Selain itu bagi Yuni buku ini juga bisa dijadikan media bagi anak-anaknya untuk belajar. Alasannya, “Anak-anak saya baru latihan membaca.”


Sepucuk keinginan sederhana dari seorang Bunda. Hal ini kian menandaskan bahwa menyandang predikat sebagai orang terkenal tak membuat Yuni terus mengawang. Sesekali dia ingin menjadi manusia biasa. Sejenak rehat dalam lelap, mendekap erat cinta Cello Obient Siahaan Cavin dan Obrient Salomon dua permata hatinya.



1 komentar:

anggia scahtzi mengatakan...

yuni sangat menjaga penampilan dan kecantikan nya,wajar banyak orang yang sangat mengagumi artis lawas yang imut-imut ini.