Jumat, 03 April 2009

In Collaboration with Masuda Hiromi


Foto by: Darwis Triadi
(Karya-karya ini dipamerkan di Museum Nasional Jakarta Desember 2005)

Memotret bukan sekadar “upaya”mengabadikan sebuah obyek lalu membingkainya menjadi sebuah foto. Demikianlah yang terjadi pada kolaborasi karya antara saya dengan seniman gelas tiup dari Jepang Masuda Hiromi.


Rangkaian gelas karya Masuda Hiromi yang terbentuk dari hembusan nafas sanggup mengungkapkan keindahan dan kecintaan atas suatu proses dan materi. Dan saya mencoba memahami ”maksud” Masuda dengan beberapa susunan karyanya. Pada dasarnya saya senang memotret keindahan. Dan, karya Masuda memang sebuah keindahan yang absolut.


Gelas adalah kristalisasi dari berbagai bahan alam yang secara kimiawi dilebur ke dalam pemanasan suhu tinggi sehingga menghasilkan cairan bening. Dengan suatu tiupan lewat alat khusus, cairan itu mengembang, menggelembung mengikuti hembusan udara yang berasal dari nafas sang seniman.

Maka terjadilah bentuk. Tangan sang seniman kemudian memainkan gelembung gelas sebelum mengeras dengan berbagai peralatan logam;memutarnya, memelintir atau menekannya dengan segenap perasaan. Sedangkan tangan–tangan lainnya disibukan untuk menjaga suhu, mengangkat atau menahan tubuh agar memberi keseimbangan. Sungguh sebuah proses kreatif yang menjunjung spirit berkesenian sangat tinggi.

Oleh karena itu saya juga berusaha untuk menangkap spirit tersebut. Salah satu langkah yang saya ambil adalah dengan memilih lokasi pemotretan yang kental dengan kebudayaan Jawa. Hal ini kita maksudkan untuk membentuk atmosfir yang kaya akan nuansa artistik.


Beberapa tempat yang kita pilih adalah: Keraton Solo, Candi Sukuh, Candi Cetho, Candi Dieng, dan Pantai Parangkusumo. Semuanya sanggup mengusung beragam unsur mulai dari etnis hingga spiritualisme. Karena kita mampu saling memahami maka interaksi yang kita bangun sanggup berjalan mulus tanpa beban. Sehingga emosi yang keluar adalah sebuah tautan yang tidak saling tumpang tindih.



Tidak ada komentar: