Jumat, 03 April 2009

Manusia Perahu

Foto by: Darwis Triadi

Pulau Galang

Gairah telah punah, nyawa pun tiada. Tinggallah sukma dan puing bangunan yang masih tersisa. Begitulah ringkas kata untuk menggambarkan keadaan Galang saat ini.

Monumen, museum, dan makam. Inilah yang selalu menarik perhatian orang berkunjung ke Galang yang kini berada dalam Otorita Batam. Pulau yang luasnya tak lebih dari 80 Ha ini, dapat dicapai langsung dari Batam melalui jalan darat dengan melintasi empat jembatan serta Pulau Setoko, Nipah, dan Rempang.

Selama satu jam perjalanan menuju Galang, tentunya melintasi sebuah jembatan bernama Jembatan Barelang atau Jembatan Habibie (dibangun semasa BJ Habibie menjabat sebagai menristek) menjadi rute yang harus dilalui.

Di pulau itu tak lagi terlihat gadis-gadis Vietnam yang rata-rata berparas ayu dengan mengenakan ao dai sementara kepala dilindungi payung atau caping lebar. Pun, tak ada lagi kedai-kedai kopi yang dulu "berdesak-desakan" di sekitar barak-barak pengungsi.

Tiga puluh tahun silam, pulau yang menjadi kamp penampungan pengungsi Indocina (Vietnam, Kamboja, dan Laos), kini kembali ke wajah semula. Sehari-hari kosong tak berpenghuni.

Kalaupun akan disebut "penghuni", mereka adalah sekitar 60 keluarga yang bertempat tinggal di dekat pelabuhan. Sebagai salah satu lambang kehadiran pengungsi Vietnam, berdiri sebuah monumen yang terdiri dari empat perahu bekas pengungsi, yang sebelumnya diangkut dari pelabuhan (dermaga).

Sejauh mata memandang dan kaki melangkah, hanya pepohonan liar dan puluhan kera yang turun ke jalan. Kini galang kembali menjadi hutan. Beberapa peninggalan “masyarakat perahu”, masih berdiri tegak seperti: pagoda Budha, yang kini kian megah. Bangunan depan eks RS PMI dan beberapa bekas barak, masih dipelihara sebagai tetenger.

Sedangkan di sebelah gereja Katolik di Galang II terdapat patung Bunda Maria berdiri di atas perahu. Bangunan saksi sejarah itu tercipta, sebagai bentuk devosi dan rasa terima kasih para "manusia perahu" (sebutan untuk para pengungsi yang umumnya melarikan diri dari Vietnam dengan naik perahu) dan Maria dianggap telah melindungi mereka selama terombang-ambing di lautan lepas.

Sepuluh tahun lebih, eks-Kamp Pengungsi Vietnam (Kamp Sinam) di Desa Sijantung, Kecamatan Galang, Kota Batam, ditinggalkan sejak repatriasi secara besar-besaran para pengungsi pada 2 September 1996. Mereka dipulangkan ke negara asalnya, Vietnam. Beberapa kapal kayu yang hancur dimakan usia, seolah menggambarkan betapa pahitnya perjuangan pengungsi Vietnam sebelum sampai ke perairan Indonesia.

Tidak ada komentar: