Kamis, 30 April 2009

Putri Raemawasti


Foto by: Darwis Triadi
Saya Ingin Jadi Pendidik

Menjadi Putri Indonesia adalah media untuk mengeksplore segala bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya.

Bagaimana kriteria wanita yang cantik sempurna? Susah menerkanya karena sepanjang peradaban berjalan sepertinya tak seorangpun bisa sampai pada tataran tersebut. Apalagi soal kecantikan yang cenderung bergerak pada tata nilai dan ruang relatif.

Lalu apakah Puteri Indonesia, yang dibentuk oleh fisik cantik ditopang perilaku menawan dan kapasitas intelektual cerdas layak mendapat predikat wanita sempurna? Jawabannya kembali terletak pada pribadi masing-masing. Tapi setidaknya melihat Putri Raemawasti Putri Indonesia 2007, gambaran keindahan wanita itu terhampar nyata. Cantik, luwes dan berkarakter.

Jauh sebelum tertasbihkan sebagai Puteri Indonesia, lulusan Institut Teknologi Surabaya ini seolah telah menata jalan untuk merengkuh gelar tersebut. “Saya sering ikut ajang sejenis Putri Indonesia, seperti: pemilihan Puteri Jawa Timur atau Duta Wisata. Dan itu saya mulai sewaktu masih SMA,” ujar Putri.

Mengikuti ajang seperti Puteri Indonesia tentu kian mengasah semua potensi yang terkandung dalam diri dara kelahiran 5 desember 1986 ini. “Saya memang tidak memiliki bakat yang spesifik tetapi saya suka sekali nari,” ujar Putri dengan wajah penuh ekspresi.

Mengemban tugas sebagai Puteri Indonesia tentu tidak ringan palagi dalam waktu dekat tugas berat siap menanti yaitu mewakili Indonesia di ajang Miss Universe. Sebagai persiapannya, ”Setiap hari saya mengikuti kelas khusus mulai dari kepribadian, cara bicara dan hal lainnya,” ujarnya saat pemotretan Cover Majalah Prioritas BCA edisi 19-2007.

Adapun soal celah kontroversi mengenai ajang tersebut Putri menilai wajar, “Semua orang bebas berpendapat. Tapi sayang jika kita melihat segala sesuatu hanya dari sisi negatif, termasuk penyelenggaraan Miss Universe ini,” tukasnya.

Di sisi lain sebagai insan bangsa yang mencintai budaya Indonesia, Putri prihatin pada kondisi saat ini terutama soal menghilangnya budaya asli Indonesia dari bumi pertiwi. Hal ini seharusnya kian menyadarkan masyarakat agar upaya hukum harus dilakukan untuk melegitimasi kekayaan itu.

“Kebetulan sebulan lalu saya menemani Bapak Jero Wacik untuk mengimbau masyarakat agar siapapun yang mempunyai hasil karya apapun bentuknya segera mungkin untuk dipatenkan,” ujar pengagum Bunda Theresa ini. Menurut Putri ada keenggenan dari masyarakat untuk mematenkan karya atau budaya yang ada mengingat jumlahnya yang berlimpah. “Jangan karena terlalu kaya kita tak menjaganya,” tukas Puteri.

Soal gender juga tak luput dari perhatian Putri. Menurutnya jurang antara laki-laki dan perempuan di Indonesia masih sangat menganga. ” Satu hal yang pasti adalah masalah pendidikan dan kultur. Orang masih berpendapat untuk apa wanita sekolah tinggi-tinggi toh nantinya tidak terpakai juga,” ujar Putri serius. Masalah pendidikan sendiri memang menjadi pokok perhatian Putri.

“Pendidikan adalah aspek penting, mana mungkin kita bisa maju kalau pendidikannya kurang,” tegas Putri. Kondisi inilah yang menerbitkan keinginan Puteri agar suatu saat dirinya bisa berperan lebih dalam dunia pendidikan. “Tidak harus jadi guru, yang penting bisa berbagai ilmu,” ujar pemilik moto “Hanya keberanian yang mengubah tantangan menjadi gagasan dan peluang menjadi kesuksesan”.

Sejalan dengan terpilih menjadi Puteri Indonesia sudah sewajarnya jika saat ini pundi-pundi uang Putri juga bertambah. Bagaimana Putri menerapkan pengelolaan keuangannya. “Saya berusaha teliti mengatur pengeluaran dan selalu menyisakan penghasilan saya untuk ditabung, walaupun belum terpikir untuk melakukan investasi,“ujar Putri yang juga nasabah BCA. Soal fasilitas Putri tampaknya masih memilih ATM sebagai alat untuk membantunya bertransaksi. "Menurut saya, ATM itu praktis," ujarnya lantas tertawa.

Tidak ada komentar: