Rabu, 29 April 2009

Desy Ratnasari

Foto by: Darwis Triadi

Arah hidup memang tak pernah bisa ditebak. Ada kalanya bahagia terkadang pula harus lara. Pun wanita ini pernah merasakan semuanya, lalu bagaimana dia menjalani semua fase tersebut?


Senyum dari wajah perempuan kelahiran Sukabumi ini masih kuat memancarkan pesonanya. Cukup untuk sejenak membenamkan kita pada sebuah romansa masa lalu. Saat seorang Desy Ratnasari dengan keelokan wajah pribuminya mampu menghipnotis puluhan mata yang menatapnya. Masa dimana kecantikannya terus mengisi ruang imaji kaum lelaki. Kini gurat keindahan wajah Desy memang tak memudar. Bahkan seiring peredaran waktu garis kecantikan itu terlihat semakin matang.


Melakukan perbincangan dengan Desy saat ini sangatlah berbeda dengan beberapa tahun silam. Semua berjalan begitu santai. Alur kalimatnya pun lebih ringan mengalir, dan hampir tak ada beban. “Fokus saya sekarang adalah bekerja dan mendidik anak,” ujarnya saat pemotretan Cover Majalah Prioritas BCA edisi 18 September-Oktober 2007.


Kegagalan perkawinan memang telah membawa Desy pada realitas hidup yang lain yaitu: berlaku sebagai orang tua tunggal. Tak semua orang bisa menikmati peran ini, tapi hal ini mampu dijalani Desy dengan penuh ketegaran. “Saya sadar bahwa tanggung jawab menjaga dan membesarkan anak sendirian memang berat. Tapi kalau kita bisa melakukannya ada kepuasan yang luar biasa,” ungkapnya.


Menurut wanita yang memegang motto Hari esok harus lebih baik dari hari ini, anak merupakan investasi paling berharga dalam hidupnya. Oleh karena itu ia pun cukup teliti mempersiapkan segala piranti guna menjaga investasi itu. Asuransi pendidikan, pemilihan sekolah, hingga lingkungan yang bisa membentuk sisi psikologi anak, semua telah ditata dengan rinci.


“Saya berusaha menempatkan diri saya sebagai contoh bagi anak saya. Meskipun tidak ideal tapi setidaknya saya bisa menjadi figur yang konsisten bagi dia,” tukasnya. Dan lanjut Desy, “Pada gilirannya nanti, anak memang akan melangkah membawa dirinya sendiri.”


Kematangan artis yang gemar nonton ini dalam mempersiapkan pendidikan untuk anaknya juga sejalan dengan kesiapannya dalam memanage sistem keuangan. “Pertama saya menjalankan anjuran orang tua untuk memiliki aset-aset yang sifatnya keras seperti: rumah atau tanah terlebih dahulu,” ujarnya. Dan setelah itu, perempuan kelahiran 12 Desember ini menempatkan hasil kerjanya lewat produk tabungan, reksa dana atau deposito.


“Semua saya tempatkan sesuai porsinya masing-masing,” tambah Desy. Alasan Desy memilih semua produk investasi perbankan karena masing-masing pos investasi itu mempunyai kekuatan dan keistimewaan sendiri-sendiri, ditambah dengan risikonya yang tak terlampau besar. Desy juga mempunyai pertimbangan sendiri untuk lebih bijak mengatur pengeluaran kebutuhan hidupnya.


Mengingat bentuk profesinya yang tidak bisa mendatangkan penghasilan dengan nilai persentase sama tiap tahunnya. “Saya harus mempunyai rencana jangka panjang dan pendek. Karena pekerjaan seperti saya ini tidak tentu. Kadang bisa banyak atau sedikit,” paparnya.


Untuk memanfaatkan fasilitas perbankan sendiri, Desy yang juga salah satu nasabah BCA ini termasuk orang yang sangat konvensional. “Bagi saya ATM itu sudah juara banget deh pokoknya,” ujar lulusan S2 Psikologi management Sumber Daya Manusia Universitas Indonesia ini.


Secara jujur ia mengaku bahwa; “Saya termasuk orang yang gaptek dan dan tak mau terlalu ribet,” paparnya. Meski sempat terpikir oleh Desy untuk mencoba fasilitas lain. “Tapi jatuh-jatuhnya ya ke ATM lagi. Atau memilih untuk bertemu dengan mbak teller yang cantik-cantik,” ujarnya lantas tersenyum.


Lalu bagaimana pandangan Desy soal lelaki ideal? Seperti apakah sosok pria yang pernah menghampar di benaknya. “Ah semua laki-laki sama saja. Buktinya dua kali saya menikah hasilnya begini,” papar presenter Gebyar BCA ini sembari tergelak.


Soal penilainnya terhadap lelaki yang pandai mengatur keuangan, Desy memandang itu sebagai hal positif. “Terlepas dari pintar atau tidaknya mengatur keuangan, yang penting laki-laki itu harus baik dan mengerti kebutuhan pasangannya. Intinya mah jangan pelit, capek deh,” tuturnya lagi-lagi diselingi tawa.


Desy memang telah menapaki era keemasan, sehingga obsesi untuk meraih kesuksesan yang lebih besar atau sekadar mempertahankan citra keglamourannya sudah tak begitu penting. Bahkan saat kaum figur publik tengah berusaha menaikkan nilai mereka di mata khalayak, Desy justru menyikapi dengan cara lain.


Citra diri merupakan perwujudan yang seharusnya dihadirkan apa adanya. “Bagi saya imej itu tidak penting,” sergahnya. Menurut Ibunda Nasywa Nathania Hamzah ini, hal terbaik untuk dihargai orang justru dengan menjadi diri sendiri. “Sesuatu yang murni sejelek apapun itu, pasti lebih punya nilai. Dan saya yakin segala sesuatu yang dibuat-buat itu pada akhirnya akan kelihatan juga,” tuturnya.


Busana: Biyan Butik, Plaza Senayan Lt.1 Make up: Uthe

2 komentar:

Gita Sonya Margareta Soedjito mengatakan...

Saya kagum sekali sama Desy Ratnasari...dia itu kombinasi keindahan fisik pribumi dan citra perempuan Indonesia yang berkarakter,
dan dia selalu menjadi dirinya sendiri...konservative, elegan dan beda... :-)

Unknown mengatakan...

aku suka desy mulai aku melihatnya di televisi....
top banget...